Manajemen risiko dalam pelayanan kesehatan di Indonesia menghadapi tantangan unik, mulai dari infeksi yang didapat di rumah sakit (Hospital-Acquired Infections – HAI), insiden keselamatan klinis, hingga ketidakefisienan operasional dan risiko keamanan siber. Infeksi yang didapat di rumah sakit berkontribusi terhadap peningkatan angka kematian pasien sebesar 15%, menjadikan keselamatan pasien sebagai perhatian utama.
Dengan meningkatnya permintaan akan pelayanan kesehatan berkualitas, kepatuhan terhadap regulasi, serta kebutuhan untuk mengurangi risiko, rumah sakit harus menerapkan kerangka manajemen risiko yang komprehensif. Namun, hanya mengandalkan praktik manajemen risiko standar tidaklah cukup. Strategi tambahan diperlukan untuk memperkuat ketahanan dan adaptasi dalam lingkungan pelayanan kesehatan.
Artikel ini akan membahas area risiko utama, studi kasus keberhasilan, serta rekomendasi untuk meningkatkan keselamatan pasien dan efisiensi operasional di rumah sakit.
Infeksi yang didapat di rumah sakit tetap menjadi tantangan besar dalam pelayanan kesehatan di Indonesia. Untuk mengatasi HAI, rumah sakit menerapkan protokol kebersihan yang ketat, didukung oleh komite pengendalian infeksi yang berdedikasi untuk mengurangi risiko. Teknologi canggih, seperti program pengawasan antimikroba, juga membantu dalam mengelola resistensi antibiotik dan meningkatkan hasil perawatan pasien (Supriadi et al., 2023). Dengan menangani masalah ini, penyedia layanan kesehatan di Indonesia bertujuan untuk meningkatkan keselamatan dan kualitas perawatan pasien secara keseluruhan.
Kejadian near-miss dan kesalahan medis terus menjadi risiko dalam pengaturan klinis di seluruh Indonesia. Sistem pelaporan telah diterapkan untuk mendokumentasikan dan menganalisis kejadian ini, memungkinkan tim layanan kesehatan untuk mencegah insiden serupa di masa mendatang (Listiowati et al., 2024). Pelatihan berbasis simulasi bagi tenaga kesehatan berperan penting dalam mempersiapkan mereka untuk menangani skenario berisiko tinggi secara efektif. Selain itu, alat seperti daftar periksa keselamatan pasien (patient safety checklists) telah diintegrasikan ke dalam rutinitas harian guna meningkatkan standar keselamatan dan mengurangi kesalahan dalam praktik medis (Dhamanti et al., 2019).
Kesehatan mental menjadi perhatian yang semakin meningkat dalam pelayanan kesehatan Indonesia, terutama selama pandemi COVID-19 (Marthoenis et al., 2023). Rumah sakit dan klinik semakin fokus pada pembentukan unit kesehatan mental khusus untuk memberikan perawatan tepat waktu bagi pasien yang mengalami tekanan psikologis. Pelatihan bagi tenaga kesehatan untuk mengenali dan merespons tanda-tanda gangguan kesehatan mental juga menjadi prioritas, memastikan pasien mendapatkan dukungan yang mereka butuhkan (Marastuti et al., 2020). Inisiatif ini bertujuan untuk mengurangi stigma dan meningkatkan akses terhadap layanan kesehatan mental di seluruh Indonesia.
Menurut ASEAN Youth Organization Research Center (2022), risiko non klinis, terutama di era transformasi digital, semakin menonjol dalam sektor pelayanan kesehatan di Indonesia. Pelanggaran keamanan data menjadi tantangan besar, sehingga penting bagi penyedia layanan kesehatan untuk menerapkan langkah-langkah keamanan siber yang kuat. Risiko operasional, seperti kekurangan tenaga kerja dan masalah logistik, juga berdampak pada kualitas layanan. Selain itu, risiko keuangan yang terkait dengan siklus pendapatan rumah sakit sedang diatasi melalui strategi manajemen keuangan yang lebih baik. Mengatasi risiko non klinis ini sangat penting untuk memastikan keberlanjutan dan efisiensi pelayanan kesehatan di Indonesia.
Studi ini mengevaluasi penerapan manajemen risiko di 90 rumah sakit yang tersebar di 10 provinsi di Indonesia. Temuan utama meliputi:
– Risiko umum: Infeksi yang didapat di rumah sakit (Hospital-Acquired Infections – HAI), kesalahan pengobatan, cedera di tempat kerja, dan paparan bahan berbahaya.
– Strategi mitigasi yang efektif: Penerapan Standar Operasional Prosedur (SOP) yang komprehensif serta analisis identifikasi risiko yang menyeluruh.
– Hasil: Rumah sakit yang memiliki SOP terstruktur menunjukkan peningkatan signifikan dalam praktik manajemen risiko.
Studi kasus ini meneliti pendekatan Hazard Identification, Risk Assessment, and Risk Control (HIRARC) dalam lingkungan kerja berisiko tinggi. Hasil penelitian mencakup:
– Tantangan: Penggunaan alat pelindung diri (Personal Protective Equipment – PPE) yang tidak konsisten serta risiko di lingkungan dengan suhu tinggi.
– Strategi mitigasi: Penekanan pada disiplin kerja, kepatuhan terhadap penggunaan PPE, dan penerapan sistem kontrol risiko yang sistematis.
– Hasil: Implementasi strategi ini meningkatkan keselamatan tempat kerja dan mengurangi kecelakaan kerja yang berhubungan dengan risiko operasional.
Berinvestasi dalam pelatihan kesehatan yang komprehensif adalah fondasi utama dalam manajemen risiko yang efektif di pelayanan kesehatan Indonesia. Dengan membekali tenaga kesehatan dengan keterampilan untuk menangani infeksi yang didapat di rumah sakit (Hospital-Acquired Infections – HAI), insiden keselamatan, tantangan kesehatan mental, dan risiko non klinis, kita dapat membangun sistem kesehatan yang lebih aman dan efisien.
Prioritaskan program pelatihan yang mengintegrasikan pembelajaran berbasis simulasi, strategi pengendalian infeksi, dan teknologi kesehatan digital untuk memberdayakan tim Anda serta meningkatkan hasil perawatan pasien.
Dengan strategi ini, fasilitas pelayanan kesehatan di Indonesia dapat mengurangi risiko, melindungi pasien, dan meningkatkan kualitas layanan secara keseluruhan. Sekaranglah waktunya untuk bertindak.
Jelajahi solusi pelatihan kesehatan kami yang dirancang khusus untuk Anda, hari ini, dan ciptakan dampak yang berkelanjutan!