Masa Depan Telemedicine di Indonesia: Menjembatani Kesenjangan Akses Kesehatan

Telemedicine telah berkembang pesat sebagai alat penting dalam layanan kesehatan dalam beberapa tahun terakhir. Di Indonesia, akses kesehatan menjadi tantangan besar karena banyaknya pulau yang berpenghuni dan tingginya tingkat penyebaran wilayah. Topik hangat saat ini adalah bagaimana telemedicine menawarkan solusi dengan mendekati masyarakat di tempat mereka berada dan menyediakan layanan kesehatan di daerah yang kurang terlayani.

 

Meningkatkan Aksesibilitas untuk Populasi Terpencil

Karena kondisi geografisnya, banyak penduduk Indonesia, terutama di daerah pedesaan, tidak memiliki akses memadai ke pusat layanan kesehatan. Telemedicine mengisi kekosongan ini dengan memungkinkan pasien mengakses informasi kesehatan dari rumah melalui platform digital. Pasien dapat memperoleh saran dan diagnosis melalui telekonsultasi, sehingga meningkatkan akses tanpa perlu perjalanan jauh ke fasilitas kesehatan di perkotaan.

Selama pandemi COVID-19, telemedicine meningkatkan penyampaian layanan kesehatan ke populasi yang sebelumnya sulit dijangkau (United Nations Development Programme, 2020). Kemampuan ini menjadi terobosan baru yang memungkinkan masyarakat, bahkan di daerah dengan keterbatasan tenaga medis, untuk mendapatkan layanan kesehatan tanpa harus pergi ke rumah sakit atau klinik.

 

Efisiensi Biaya dan Kenyamanan bagi Pasien

Layanan kesehatan di Indonesia seringkali mahal, terutama bagi mereka yang harus melakukan perjalanan jauh. Penelitian dalam The Journal of Multidisciplinary Healthcare (2021) menunjukkan bahwa layanan kesehatan jarak jauh melalui telemedicine membantu mengurangi pengeluaran ini karena tidak diperlukan transportasi, sehingga meminimalkan waktu kerja yang terpotong (Salsabilla et al., 2021). Selain itu, fleksibilitas dalam mencari layanan kesehatan dari rumah membuat proses ini jauh lebih nyaman bagi pasien.

Pelaksanaan layanan telemedicine secara signifikan mengurangi biaya perawatan dan meningkatkan kenyamanan bagi pasien di Indonesia (Wijaya et al., 2022).

 

Mengatasi Kekurangan Sumber Daya Kesehatan

 

Foto oleh Tirachard Kumtanom di Shutterstock

 

Kesenjangan dalam layanan kesehatan paling terasa di daerah pedesaan dan wilayah kurang terlayani di Indonesia, di mana tenaga kesehatan sangat terbatas. Menurut artikel dalam Disaster Medicine and Public Health Preparedness (2024), telemedicine membantu dokter atau spesialis di kota besar menawarkan keahlian mereka ke daerah-daerah tersebut. Telemedicine juga meningkatkan interaksi antarwilayah di Indonesia dengan mendorong kerja sama antara tenaga kesehatan untuk memperbaiki sistem pelayanan.

Namun, kesenjangan ini tidak hanya dijembatani melalui telemedicine, tetapi juga melalui pelatihan kesehatan digital yang memberdayakan tenaga kesehatan di daerah terpencil (Saputra, 2024). Kedua strategi ini saling melengkapi dengan menyediakan akses ke informasi medis terbaru dan meningkatkan kompetensi tenaga kesehatan di seluruh Indonesia.

Telemedicine memungkinkan pelatihan berkelanjutan bagi tenaga kesehatan melalui platform e-learning, khususnya melalui modul virtual asinkron yang dapat diakses kapan saja dan di mana saja.

 

Perawatan Lebih Baik untuk Penyakit Kronis

Telemedicine mengurangi kemungkinan pasien berhenti dari rencana perawatan yang direkomendasikan dan membantu tenaga kesehatan mendeteksi masalah sejak dini. Hal ini menjaga koneksi antara pasien dan tenaga medis serta dapat mengurangi kunjungan rumah sakit di masa depan, sehingga memastikan pengelolaan penyakit kronis yang lebih baik dan umur yang lebih panjang.

 

Memanfaatkan Data untuk Performa Kesehatan yang Lebih Baik

Sifat digital dari telemedicine memungkinkan pengumpulan informasi kesehatan untuk memahami kebutuhan kesehatan masyarakat Indonesia. Data pasien dapat dimanfaatkan secara aktif oleh tenaga kesehatan untuk memantau kemajuan dan menyesuaikan rencana perawatan sesuai kebutuhan.

Aplikasi seperti Halodoc, Telemedicine RS/Klinik, Alodokter, Konsul Online Dokter, KlikDokter, Good Doctor, Linksehat, lekasehat adalah sebagian contoh berbagai platform telemedicine di Indonesia dari pemerintah dan perusahaan swasta.

 

Inisiatif Pemerintah dan Dukungan Kebijakan

 

Foto oleh TierneyMJ di Shutterstock

 

Salah satu inisiatif pemerintah dalam telemedicine adalah aplikasi Temenin, yang dikembangkan oleh Kementerian Kesehatan (Kemenkes). Aplikasi ini dapat diakses melalui situs temenin.kemkes.go.id dan memungkinkan tenaga kesehatan serta pasien mengakses layanan radiologi, EKG, ultrasonografi, dan konsultasi medis.

Telemedicine di Indonesia tidak hanya didukung oleh pemerintah tetapi juga mengalami pertumbuhan yang signifikan melalui inisiatif sektor swasta. Aplikasi telemedicine yang dikembangkan oleh pihak swasta mampu mengintegrasikan layanan konsultasi medis dengan program pelatihan daring. Hal ini memungkinkan tenaga medis untuk meningkatkan kompetensi mereka melalui konsultasi dengan para ahli, sekaligus terus menyempurnakan keterampilan mereka.

Untuk memastikan penggunaan telemedicine yang aman dan efektif, pemerintah telah mengeluarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 20 Tahun 2019, yang menetapkan pedoman untuk konsultasi jarak jauh antara tenaga kesehatan dan pasien. Kebijakan ini juga menjamin praktik telemedicine yang aman dengan menjaga kerahasiaan data pasien melalui pengambilan persetujuan pasien, serta mengintegrasikan layanan telemedicine ke dalam sistem kesehatan nasional.

Selain itu, pemerintah bertanggung jawab dalam menyediakan infrastruktur pendukung, seperti akses internet dan listrik yang memadai, serta membantu dalam pelatihan tenaga kesehatan. Dukungan ini tidak hanya mendorong investasi sektor swasta dalam telemedicine tetapi juga meningkatkan penerimaan masyarakat terhadap layanan kesehatan digital.

  

Meningkatkan E-Learning untuk Tenaga Kesehatan

Telemedicine tidak hanya membantu pasien tetapi juga mengubah cara pelatihan tenaga kesehatan. Pembelajaran asinkron memungkinkan peserta belajar kapan saja sesuai jadwal mereka, yang menjadi kunci perubahan ini.

Modul e-learning memberikan pelatihan yang setara untuk semua orang, terutama mereka yang tinggal di tempat terpencil yang tidak dapat mengunjungi lokasi belajar fisik seperti sekolah atau pusat pelatihan.

 

Tantangan dan Prospek Masa Depan

 

Foto oleh PattyPhoto di Shutterstock

 

Meskipun telemedicine menjanjikan masa depan yang cerah, terdapat tantangan seperti konektivitas internet di daerah pedesaan, masalah keamanan data, dan literasi digital. Namun, banyak pengguna menemukan telemedicine sebagai cara yang nyaman dan efisien untuk menerima layanan kesehatan (Adinda et al., 2024).

 

Ambil Langkah Selanjutnya dalam Karier Kesehatan Anda bersama Zafyre

Untuk membantu tenaga kesehatan mengatasi tantangan ini dan memanfaatkan potensi telemedicine sepenuhnya, Zafyre menawarkan pelatihan pelatihan yang relevan. Daftarkan diri Anda sekarang dalam pelatihan terjangkau kami yang bersertifikat dari Kementerian Kesehatan dan diakui secara internasional, untuk memperoleh keterampilan penting dalam telemedicine, keselamatan pasien, dan lainnya. Baik Anda seorang perawat, dokter, atau tenaga kesehatan, program daring fleksibel kami memastikan Anda dapat belajar sesuai waktu tanpa mengganggu jadwal kerja Anda. Tingkatkan keahlian Anda dengan solusi pelatihan terpercaya dari Zafyre.

 

Daftar sekarang!

 

Referensi

  1. Adinda, H. R., Syakurah, R. A., & Pariyana, P. (2024). User Satisfaction and Challenges in Telemedicine Services during the COVID-19 Pandemic in Indonesia: A Population-Based Analysis. Journal of Health Policy and Management, 09(02), 237–249. https://doi.org/10.26911/thejhpm.2024.09.02.09
  2. Annur, C. (2022, April 7). The Most Widely Used Telemedicine Services in Indonesia, What Are They? Databoks. https://databoks.katadata.co.id/layanan-konsumen-kesehatan/statistik/a42d36cd66cec74/layanan-telemedicine-yang-paling-banyak-digunakan-di-indonesia-apa-saja
  3. Ministry of Health of the Republic of Indonesia. (2019). Regulation of the Ministry of Health of the Republic of Indonesia No. 20 of 2019 concerning telemedicine services. https://peraturan.bpk.go.id/Details/138613/permenkes-no-20-tahun-2019
  4. Regulasi: Permenkes Nomor 20 Tahun 2019 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Telemedicine Antar Fasilitas Pelayanan Kesehatan. (2019). Kebijakankesehatanindonesia.net. https://www.kebijakankesehatanindonesia.net/publikasi/arsip-pengantar/3938-regulasi-permenkes-nomor-20-tahun-2019-tentang-penyelenggaraan-pelayanan-telemedicine-antar-fasilitas-pelayanan-kesehatan
  5. Salsabilla, A., Azzahra, A. B., Syafitri, R. I., Supadmi, W., & Suwantika, A. A. (2021). Cost-Effectiveness of Telemedicine in Asia: A Scoping Review. Journal of Multidisciplinary Healthcare, 14, 3587–3596. https://doi.org/10.2147/JMDH.S332579
  6. Saputra, R. (2024). Telemedicine: Solutions and Challenges for Health Workers in Rural Indonesia in the Response to the COVID -19 Pandemic. Disaster Medicine and Public Health Preparedness, 18, 1–6. https://doi.org/10.1017/dmp.2024.122
  7. United Nations Development Programme. (2020). SDG Talks Vol. 12: Telemedicine: The Rise of Telehealth Services During COVID-19. https://www.undp.org/indonesia/news/sdg-talks-vol-12-telemedicine-rise-telehealth-services-during-covid-19
  8. Wijaya, J. H., Octavius, G. S., & Hwei, L. R. Y. (2022). A literature review of telemedicine in Indonesia: Past, present, and future prospective. Indonesian Journal of Health Administration (Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia), 10(2), 261-272. ttps://e-journal.unair.ac.id/JAKI/article/view/31256